TUGAS MANDIRI MODUL 2
(PEDAGOGIK)
Di Susun Oleh :
Nama : Suparman,
S.Pd
Asal Sekolah : SDN Cinanas
03
Nomor Akun : 332967001553
LPTK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
PPG PAI BATCH 2
2025
1.
Peta
konsep atau Gagasan apa saja yang anda temukan dari Topik 1 s.d. Topik 8.
Sebutkan kurang lebih 5 gagasan dan mohon dijelaskan dalam satu dua alinea.
2.
Materi/konsep
apa saja dalam topik tersebut yang menurut anda menimbulkan miskonsepsi/salah
mengerti dari Topik 1 s.d. Topik 8
1.

Peta konsep atau gagasan apa saja yang Anda temukan dari Topik 1
sd. Topik 8. Sebutkan kurang lebih 5 minimal gagasan dan mohon dijelaskan dalam
satu dua alinea.

A. Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik
Pendekatan
pembelajaran seperti Problem-Based Learning (PBL), Project-Based Learning
(PJBL), dan Design-Based Learning (DBL) menempatkan peserta didik sebagai
subjek utama dalam proses belajar. Fokus utama terletak pada kebutuhan,
karakteristik, serta pengalaman belajar yang disesuaikan dengan kemampuan
individu.
Peserta
didik didorong untuk terlibat aktif dalam eksplorasi pengetahuan, pemecahan
masalah kontekstual, dan pengalaman belajar yang bermakna. Peran guru bergeser
dari sumber pengetahuan utama menjadi fasilitator yang menciptakan lingkungan
belajar fleksibel, inklusif, dan mendukung berbagai gaya belajar, termasuk bagi
peserta didik berkebutuhan khusus.
B. Integrasi Materi, Teknologi, dan Pedagogi (TPACK)
Kerangka
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) menekankan sinergi antara
tiga komponen esensial: konten materi, strategi pedagogis, dan pemanfaatan
teknologi. Penguasaan materi saja tidak cukup; guru harus mampu merancang
metode pengajaran yang efektif sekaligus mengintegrasikan teknologi secara
relevan.
Di
era digital dan kecerdasan artifisial (AI), integrasi ini menjadi kunci dalam
menciptakan pembelajaran yang adaptif, interaktif, dan sesuai dengan konteks
perkembangan zaman.
C. Pendekatan Pembelajaran Bermakna dan Menyenangkan
(Deep Learning)
Deep
learning dalam pendidikan tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif,
tetapi juga melibatkan aspek emosional dan kesadaran peserta didik (mindful,
meaningful, joyful). Pembelajaran yang menyentuh dimensi afektif dan sosial
cenderung meninggalkan kesan mendalam, memperkuat pemahaman, serta membentuk
karakter positif.
Pendekatan
ini relevan dengan pengembangan nilai-nilai moral dan kesiapan peserta didik
dalam menghadapi tantangan global, sekaligus menjadikan proses belajar lebih
berkelanjutan dan berdampak jangka panjang.
D. Peran Guru sebagai Konselor, Fasilitator, dan
Supervisor
Layanan
bimbingan konseling dan supervisi klinis menuntut guru profesional tidak hanya
fokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga berperan aktif dalam membina,
membimbing, dan mendampingi perkembangan peserta didik serta rekan sejawat.
Pendekatan ini memerlukan kompetensi komunikasi efektif, empati, dan kemampuan
refleksi diri untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.
E. Transformasi Guru di Era Digital dan AI
Perkembangan
teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), mengharuskan guru melakukan
transformasi peran. Meskipun teknologi semakin canggih, posisi guru tetap tidak
tergantikan. Namun, guru perlu beradaptasi dengan memanfaatkan AI sebagai alat
pendukung pembelajaran, seperti menganalisis kebutuhan siswa dan mengembangkan
pembelajaran personalisasi.
2. Materi/Konsep apa saja dalam
topik tersebut yang menurut anda menimbulkan miskonsepsi/salah mengerti dari
topik 1 sd. topik 8
A. Problem Based Learning (PBL) vs. Project Based
Learning (PJBL)
Terdapat
anggapan bahwa PBL dan PJBL merupakan metode yang sama. Padahal, keduanya
memiliki fokus berbeda. PBL berorientasi pada penyelesaian masalah terbuka
melalui pertanyaan kritis, sedangkan PJBL menekankan pada produk akhir dan
proses pengerjaan proyek. Kesalahan pemahaman ini berpotensi menyebabkan
perencanaan pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
B. Differentiation Based Learning (DBL)
Pembelajaran
berdiferensiasi sering disalahartikan sebagai pembuatan banyak rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau pemberian perlakuan berbeda secara
terus-menerus kepada setiap siswa. Padahal, esensi DBL terletak pada pemberian
pilihan dan fleksibilitas sesuai kebutuhan belajar siswa, bukan merancang
pembelajaran yang sepenuhnya berbeda. Guru cukup mengelola variasi dalam
konten, proses, produk, dan lingkungan belajar secara strategis.
C. Pendekatan TPACK
Banyak
yang mengira TPACK sekadar penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Sebenarnya,
TPACK merupakan kerangka integratif yang menekankan sinergi antara pengetahuan
konten (materi), pedagogik (cara mengajar), dan teknologi. Kesalahpahaman ini
menyebabkan guru hanya fokus pada alat digital tanpa mempertimbangkan bagaimana
teknologi tersebut mendukung pemahaman siswa terhadap materi.
D. Deep Learning (Mindful, Meaningful, Joyful)
Joyful
learning sering diartikan sebagai belajar sambil bermain tanpa arah atau target
yang jelas.
Padahal,
joyful learning harus dirancang secara bermakna (meaningful), penuh kesadaran
(mindful), dan bertujuan untuk mencapai pemahaman mendalam. Tanpa pemahaman
yang utuh, pembelajaran bisa menjadi menyenangkan namun minim substansi.
E. Supervisi Klinis dalam Bimbingan Konseling
Supervisi
klinis kerap dianggap sekadar penilaian kinerja guru. Padahal, supervisi klinis
merupakan pendekatan pembinaan profesional yang berfokus pada dialog reflektif
antara supervisor dan guru dengan pendekatan suportif, bukan menghakimi.
Miskonsepsi ini dapat menimbulkan ketakutan atau penolakan terhadap proses
supervisi.
F. Pendidikan Inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK)
Pendidikan
inklusi kadang disalahpahami sebagai kewajiban guru untuk
"menyembuhkan" atau "menyamakan" ABK dengan siswa umum.
Padahal, inklusi bertujuan memberikan akses, dukungan, dan penerimaan sesuai
kemampuan dan kebutuhan masing-masing anak, bukan menyamaratakan hasil belajar.
G. Gaya Belajar Generasi Z dan Alpha
Generasi
Z dan Alpha sering dianggap hanya menyukai teknologi tetapi tidak bisa fokus.
Sebenarnya, generasi ini memiliki potensi besar jika difasilitasi dengan
pendekatan visual, kolaboratif, dan berbasis digital yang tepat. Kesalahpahaman
ini menyebabkan guru cenderung membatasi atau menyalahkan siswa ketika metode
pembelajaran konvensional tidak efektif. Pemahaman
yang tepat terhadap konsep-konsep tersebut penting untuk menghindari kesalahan
dalam praktik pembelajaran. Pendidik perlu terus memperbarui pengetahuan dan
menyesuaikan pendekatan sesuai dengan perkembangan teori dan kebutuhan siswa.
Bantarkawung, 19 September 2025
Suparman, S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar