TUGAS MANDIRI MODUL 3
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN (PPP)
Disusun Oleh:
Nama : Suparman, S.Pd
NIM : 2071250737
Nomor Akun : 332967001553
Mapel PPG : PAI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
TRANSFORMASI + BATCH
II TAHUN 2025
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
Tugas Mandiri Modul PPP (Pengembangan
Perangkat Pembelajaran)
Topik 1-8 PPG PAI Kemenag 2025
1. Peta konsep atau gagasan apa saja yang Anda temukan dari Topik 1 s.d.
Topik 8. Sebutkan kurang lebih 5 gagasan dan mohon dijelaskan dalam satu dua
alinea.
A.
Topik 1: Analisis Capaian
Pembelajaran Pengembangan Tujuan Pembelajaran
Gagasan dalam topik ini
meliputi pemetaan CP PAI berdasarkan fase dan kelas untuk mengidentifikasi
keterkaitan antar konten dan kompetensi; analisis kedalaman dan keluasan CP PAI
untuk memastikan tujuan pembelajaran yang realistis dan menantang; perumusan
tujuan pembelajaran yang operasional, konkret, dan terukur (SMART) dengan
mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal; penyusunan alur tujuan
pembelajaran (ATP) yang sistematis dan progresif, mempertimbangkan
karakteristik peserta didik dan konteks madrasah; serta pengembangan indikator
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang relevan dengan asesmen yang
akan digunakan.
B.
Topik 2: Pengembangan
Materi Pembelajaran
Pengembangan materi
pembelajaran PAI dapat mencakup penyusunan materi yang kontekstual dan relevan
dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, menghubungkan ajaran Islam dengan
isu-isu kontemporer; integrasi sumber belajar yang beragam, seperti Al-Qur'an,
Hadis, kitab-kitab klasik, media interaktif, dan sumber digital terpercaya;
penyajian materi yang menarik dan interaktif, mendorong peserta didik untuk
berpikir kritis, berdiskusi, dan mengemukakan pendapat; pengembangan materi
yang mengakomodasi keberagaman peserta didik dengan menyediakan diferensiasi
dalam konten, proses, dan produk; serta penguatan materi tentang toleransi,
moderasi beragama, dan pencegahan radikalisme sesuai dengan nilai-nilai Islam
rahmatan lil 'alamin.
C.
Topik 3: Pengembangan
Pendekatan, Metode dan Strategi Pembelajaran
Dalam pengembangan
pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran PAI, dapat dipertimbangkan
pendekatan saintifik dengan penekanan pada observasi, pertanyaan, eksperimen,
asosiasi, dan komunikasi dalam memahami ajaran Islam; penerapan metode
pembelajaran aktif seperti diskusi kelompok, studi kasus, role-playing, debat,
dan proyek untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik; penggunaan strategi
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning) yang
memfasilitasi pembelajaran mandiri dan kolaboratif; pengintegrasian strategi
pembelajaran yang mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir
kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi dalam konteks nilai-nilai
Islam; serta pemanfaatan strategi pembelajaran berbasis masalah (problem-based
learning) atau proyek (project-based learning) untuk mengaplikasikan pemahaman
agama dalam menyelesaikan masalah nyata.
D. Topik 4: Pengembangan Alat Peraga, Media dan Teknologi Pembelajaran
Pengembangan alat peraga,
media, dan teknologi pembelajaran PAI dapat meliputi pemanfaatan alat peraga
visual seperti infografis, peta konsep, dan gambar untuk mempermudah pemahaman
konsep-konsep agama; penggunaan media audio-visual seperti video pembelajaran,
film dokumenter Islami, dan rekaman murottal Al-Qur'an untuk memperkaya
pengalaman belajar; integrasi teknologi digital seperti aplikasi kuis
interaktif, platform pembelajaran daring, dan sumber belajar online terpercaya
untuk meningkatkan aksesibilitas dan daya tarik pembelajaran; pengembangan
media pembelajaran interaktif yang memungkinkan peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses belajar; serta pemanfaatan media sosial
secara bijak sebagai sarana untuk berbagi informasi positif tentang Islam dan
membangun komunitas belajar.
E.
Topik 5: Pengembangan
Asesmen Pembelajaran
Pengembangan asesmen
pembelajaran PAI perlu mencakup penggunaan berbagai teknik asesmen yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran dan materi yang diajarkan, seperti tes tertulis,
observasi, penugasan, presentasi, dan portofolio; pengembangan instrumen asesmen
yang valid, reliabel, dan adil, mengukur pemahaman kognitif, keterampilan
psikomotorik (misalnya dalam praktik ibadah), dan sikap spiritual serta sosial;
penerapan asesmen formatif untuk memantau kemajuan belajar peserta didik dan
memberikan umpan balik yang konstruktif; penggunaan asesmen sumatif untuk
mengukur pencapaian hasil belajar pada akhir suatu unit atau semester; serta
pelibatan peserta didik dalam proses asesmen melalui refleksi diri dan
penilaian teman sejawat (peer assessment) untuk meningkatkan kesadaran akan
proses belajar mereka.
F.
Topik 6: Pengembangan
Evaluasi Pembelajaran
Pengembangan evaluasi
pembelajaran PAI dapat dilakukan melalui pengumpulan dan analisis data hasil
asesmen untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pembelajaran; refleksi
diri guru terhadap praktik pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi
area yang perlu ditingkatkan; pelaksanaan evaluasi program pembelajaran secara
berkala dengan melibatkan berbagai pihak seperti peserta didik, guru, kepala
madrasah, dan orang tua; pemanfaatan hasil evaluasi untuk merancang tindak
lanjut dan perbaikan pembelajaran yang berkelanjutan; serta pengembangan
instrumen evaluasi yang komprehensif dan sistematis untuk mengukur efektivitas
pembelajaran secara holistik, termasuk aspek perencanaan, pelaksanaan, dan
hasil belajar.
G.
Topik 7: Pengembangan
Modul Ajar
Pengembangan Modul Ajar
PAI dapat mencakup penyusunan modul yang lengkap dan sistematis, memuat tujuan
pembelajaran, materi ajar, langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang
interaktif, lembar kerja peserta didik, dan instrumen asesmen; penyajian materi
dalam modul yang menarik, kontekstual, dan mudah dipahami oleh peserta didik;
pengintegrasian berbagai metode dan strategi pembelajaran yang variatif dalam
setiap kegiatan di modul; penyediaan rubrik penilaian yang jelas untuk setiap
tugas atau aktivitas dalam modul; serta fleksibilitas modul yang memungkinkan
adaptasi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan konteks madrasah,
termasuk potensi untuk integrasi dengan sumber belajar lain.
H.
Topik 8: Pengembangan
Modul Project P5/PPRA
Pengembangan Modul Project
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Profil Pelajar Rahmatan Lil 'Alamin
(PPRA) dalam konteks PAI dapat meliputi perancangan proyek yang relevan dengan
tema-tema P5 dan nilai-nilai PPRA, seperti toleransi, gotong royong, moderasi
beragama, dan kepedulian sosial; penyusunan panduan proyek yang jelas, memuat
tujuan proyek, langkah-langkah kegiatan, peran guru dan peserta didik, serta
kriteria penilaian; integrasi materi PAI secara kontekstual dalam setiap
tahapan proyek, menghubungkan ajaran Islam dengan implementasi nilai-nilai
Pancasila dan PPRA; penggunaan metode pembelajaran berbasis proyek
(project-based learning) yang mendorong peserta didik untuk berkolaborasi,
berpikir kritis, dan menyelesaikan masalah secara kreatif; serta pengembangan
instrumen asesmen proyek yang holistik, menilai proses kolaborasi, pemahaman
konsep, dan hasil karya peserta didik dalam menginternalisasi nilai-nilai P5
dan PPRA.
2. Materi/konsep apa saja dalam topik tersebut yang menurut anda menimbulkan
miskonsepsi/salah mengerti dari Topik 1 s.d. Topik 8.
A.
Topik 1: Analisis Capaian
Pembelajaran, Pengembangan Tujuan Pembelajaran
Salah satu miskonsepsi
yang umum adalah pemahaman yang dangkal terhadap kedalaman dan keluasan Capaian
Pembelajaran (CP). Guru terkadang hanya melihat CP sebagai daftar materi yang
harus diajarkan, tanpa memahami secara utuh kompetensi yang diharapkan tercapai
pada setiap fase. Akibatnya, tujuan pembelajaran yang dirumuskan bisa jadi
terlalu fokus pada transfer pengetahuan faktual dan kurang memperhatikan
pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau internalisasi nilai.
Miskonsepsi lain adalah menganggap tujuan pembelajaran sebagai tujuan materi,
padahal seharusnya tujuan pembelajaran berorientasi pada perubahan perilaku
atau kemampuan peserta didik setelah proses pembelajaran.
B.
Topik 2: Pengembangan
Materi Pembelajaran
Dalam pengembangan materi,
penyederhanaan materi yang berlebihan seringkali menimbulkan miskonsepsi.
Misalnya, dalam materi tentang takdir, penyederhanaan yang tidak tepat dapat
memunculkan pemahaman fatalistik yang keliru, menghilangkan aspek ikhtiar dan
tanggung jawab manusia. Selain itu, kurangnya integrasi konteks kekinian dalam
materi PAI dapat membuat peserta didik menganggap ajaran Islam sebagai sesuatu
yang kaku dan tidak relevan dengan kehidupan mereka. Miskonsepsi juga bisa
muncul akibat penyajian materi yang hanya berfokus pada satu perspektif atau
mazhab tanpa mengenalkan keragaman pemahaman dalam Islam.
C.
Topik 3: Pengembangan
Pendekatan, Metode dan Strategi Pembelajaran
Seringkali terjadi
miskonsepsi dalam memahami perbedaan mendasar antara pendekatan, metode, dan
strategi. Pendekatan yang seharusnya menjadi payung filosofis seringkali
tertukar dengan metode yang merupakan langkah-langkah konkret pelaksanaan
pembelajaran. Selain itu, anggapan bahwa satu metode pembelajaran lebih unggul
dari yang lain juga merupakan miskonsepsi. Padahal, efektivitas metode sangat
bergantung pada tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, dan materi
yang diajarkan. Kurangnya pemahaman tentang implementasi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik juga dapat menyebabkan miskonsepsi, di mana guru
masih mendominasi proses pembelajaran meskipun menggunakan istilah-istilah
modern.
D.
Topik 4: Pengembangan Alat
Peraga, Media dan Teknologi Pembelajaran
Miskonsepsi dalam topik
ini sering berkisar pada anggapan bahwa penggunaan teknologi secara otomatis
meningkatkan kualitas pembelajaran. Padahal, efektivitas media sangat
bergantung pada kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran dan bagaimana media
tersebut diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Selain itu, kurangnya
pemahaman tentang prinsip-prinsip desain media pembelajaran yang efektif dapat
menyebabkan penggunaan media yang justru membingungkan atau tidak menarik bagi
peserta didik. Ketergantungan yang berlebihan pada satu jenis media juga dapat
menjadi miskonsepsi, padahal variasi media dapat mengakomodasi gaya belajar
yang berbeda.
E.
Topik 5: Pengembangan
Asesmen Pembelajaran
Salah satu miskonsepsi
terbesar dalam asesmen adalah hanya berfokus pada asesmen sumatif berupa tes
tertulis dan mengabaikan asesmen formatif yang lebih kaya informasi tentang
proses belajar peserta didik. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang bagaimana
merancang instrumen asesmen yang valid dan reliabel dapat menghasilkan data
yang tidak akurat tentang pencapaian belajar. Miskonsepsi lain adalah
menganggap hasil asesmen hanya sebagai angka atau nilai akhir tanpa
memanfaatkannya untuk memberikan umpan balik yang konstruktif dan merancang
perbaikan pembelajaran. Ketidakpahaman tentang perbedaan antara penilaian sikap
dan penilaian pengetahuan/keterampilan dalam konteks nilai-nilai Islam juga
sering terjadi.
F.
Topik 6: Pengembangan
Evaluasi Pembelajaran
Miskonsepsi dalam evaluasi
pembelajaran seringkali muncul akibat kurangnya pemahaman tentang perbedaan
antara asesmen dan evaluasi. Evaluasi bersifat lebih luas dan melibatkan
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk menilai efektivitas seluruh proses
pembelajaran, bukan hanya hasil belajar peserta didik. Selain itu, anggapan
bahwa evaluasi hanya dilakukan di akhir program juga merupakan miskonsepsi.
Evaluasi seharusnya menjadi proses berkelanjutan yang dilakukan secara periodik
untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Kurangnya pemahaman tentang
bagaimana menganalisis dan menginterpretasikan data evaluasi juga dapat
menghambat upaya perbaikan pembelajaran yang efektif.
G.
Topik 7: Pengembangan
Modul Ajar
Miskonsepsi dalam
pengembangan Modul Ajar seringkali terkait dengan anggapan bahwa modul hanyalah
kumpulan materi tertulis. Padahal, modul ajar yang efektif seharusnya bersifat
interaktif, memuat langkah-langkah pembelajaran yang jelas, aktivitas yang menarik,
dan instrumen asesmen yang terintegrasi. Selain itu, kurangnya pemahaman
tentang prinsip-prinsip pembelajaran mandiri dapat menyebabkan modul yang
dikembangkan kurang memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara aktif dan
bertanggung jawab. Ketidaksesuaian antara tujuan pembelajaran, materi,
aktivitas, dan asesmen dalam modul juga merupakan miskonsepsi yang sering
terjadi.
H.
Topik 8: Pengembangan
Modul Project P5/PPRA
Dalam pengembangan Modul
Project P5/PPRA, miskonsepsi sering muncul terkait pemahaman yang dangkal
tentang keterkaitan antara tema P5/nilai PPRA dengan materi PAI. Proyek
terkadang dirancang secara terpisah tanpa integrasi yang bermakna dengan
konsep-konsep agama. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang bagaimana
memfasilitasi pembelajaran berbasis proyek (PjBL) dapat menyebabkan proyek
menjadi sekadar aktivitas tanpa tujuan pembelajaran yang jelas. Miskonsepsi
tentang asesmen proyek yang hanya berfokus pada produk akhir juga sering
terjadi, padahal proses kolaborasi, pemahaman konsep, dan internalisasi nilai
juga penting untuk dinilai.
Bantarkawung, 25 September 2025
Suparman, S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar