Jumat, 26 September 2025

WARGA PATUNGAN UNTUK MEMBANGUN JALAN YANG TAK KUNJUNG DI PERBAIKI.

 Swadaya Masyarakat Bangun Jalan Desa Cinanas, Pemerintah Dinanti Tak Kunjung Turun Tangan





Brebes – Warga Dukuh Karang Sengon, Desa Cinanas, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes, menunjukkan semangat gotong royong dengan melakukan perbaikan jalan desa secara swadaya. Pengerjaan dilakukan sejak Jumat (26/9/2025) pukul 08.00 WIB, meski bantuan dan respon dari pemerintah belum juga datang.

Pembangunan jalan ini melibatkan warga dari RT 05, RW 09 dan 10, yang berada di bawah wilayah Kadus V Karang Poh dan mencakup 12 RT. Dana dan tenaga kerja sepenuhnya berasal dari iuran dan gotong royong masyarakat setempat.

Tokoh masyarakat, Dasno, menjadi penggerak utama kegiatan ini. Ia didukung oleh Koko, tokoh pemuda setempat, serta sejumlah warga yang peduli lingkungan.

“Wong wira-wiri ora ngrasakna dalan kaya kali duwe. Rasahan ora!” ujar Suritno, salah satu perwakilan masyarakat, mengungkapkan kekecewaannya.

Menurut Suritno, masyarakat merasa kecewa karena selama ini rutin membayar pajak, namun infrastruktur jalan yang mereka gunakan sehari-hari tidak kunjung mendapat perhatian.

“Proyek jalan ini hasil iuran warga. Pajak harus tetap bayar, tetapi jalan tidak diaspal sampai rusak parah. Akhirnya warga patungan untuk memperbaiki sendiri,” imbuhnya.

Warga berharap pemerintah daerah segera turun tangan membantu perbaikan jalan agar hasil kerja gotong royong mereka tidak cepat rusak dan dapat dinikmati lebih lama.

Semangat swadaya ini diharapkan menjadi dorongan bagi pemerintah untuk memperhatikan kebutuhan infrastruktur di desa-

desa terpencil.

Rabu, 24 September 2025

TUGAS REFLEKSI MODUL 3 PENGEMBANGAN PERNAGKAT PEMBELAJARAN

 

TUGAS REFLEKSI MODUL 3

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

(PPP)

 

 

 



 


 

 

 

Disusun Oleh:

 

Nama            : Suparman, S.Pd

NIM              : 2071250737

Nomor Akun  : 332967001553

Mapel PPG : PAI

 

 

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TRANSFORMASI + BATCH II TAHUN 2025

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN


 

TUGAS REFLEKSI

Dari modul yang Anda pelajari, silakan:

1.   Pilih materi yang menarik dan deskripsikan materi tersebut!

2.   Lakukan analisis implementasi/penerapan materi tersebut!

3.   Tuliskan pengalaman praktis dari proses pembelajaran yang mendukung atau bertentangan dengan materi yang dipelajari!

4.   Uraikan tantangan yang dihadapi dan hikmah (lesson learn) yang didapatkan!

5.   Buat rencana aksi penerapan materi tersebut dalam kegiatan pembelajaran!

 

Refleksi Mendalam Pengembangan Perangkat Pembelajaran PAI

STUDI KASUS PUASA KELAS VI SD

Kali ini, kita akan menelisik lebih dalam refleksi Modul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Topik 2, khususnya pada materi ibadah puasa untuk siswa kelas VI Sekolah Dasar (SD)

1. Hakikat Puasa Lebih dari Sekadar Rukun Islam

Kesempurnaan Islam sesorang ditopang oleh sejauh mana implementasi rukun Islam diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman rukun Isalam haris dilkukan sedini mungkin agar generasi terbiasa untuk melakukannya. Topik Pengembangan Materi Pembelajaran, khususnya pada materi puasa untuk kelas VI SD, menghadirkan peluang emas untuk inovasi.Materi ini, yang sering dianggap sederhana, sebenarnya kaya akan nilai dan dapat dikembangkan menjadi pengalaman belajar yang berkesan bagi siswa. Fokus materi mencakup pemahaman esensial tentang puasa Ramadan sebagai pilar agama Islam, mengupas tuntas syarat wajib dan sah puasa, mengidentifikasi hal-hal yang membatalkannya, hingga meresapi hikmah dan keutamaan ibadah yang penuh berkah ini.

Pengembangan materi dapat dilakukan dengan menyajikan kisah-kisah inspiratif para teladan yang menghidupkan nilai-nilai puasa, memberikan contoh konkret perilaku mulia yang dapat dipraktikkan selama Ramadan, serta menyederhanakan penjelasan ilmiah tentang dampak positif puasa bagi kesehatan fisik dan mental. Lebih jauh lagi, materi perlu menyentuh dimensi sosial puasa, menumbuhkan empati terhadap sesama yang kurang beruntung dan menanamkan pentingnya berbagi sebagai wujud kepedulian.

2. Implementasi Puasa Dalam Kehidupan Sehari-hari

Selama ini, implementasi materi puasa di kelas VI SD cenderung terfokus pada metode ceramah dan hafalan rukun serta syarat puasa. Analisis kritis menunjukkan bahwa pendekatan ini seringkali gagal menumbuhkan pemahaman yang mendalam dan internalisasi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ibadah puasa. Penerapan materi yang lebih efektif memerlukan adopsi metode pembelajaran yang aktif, partisipatif, dan kontekstual. Misalnya, guru dapat memanfaatkan studi kasus sederhana tentang kegigihan anak-anak dalam menjalankan ibadah puasa di tengah berbagai situasi, atau mengadakan simulasi kegiatan berbagi takjil sebagai representasi nyata dari rasa empati.

Penggunaan media visual yang menarik, seperti infografis, ilustrasi, atau video pendek yang menggambarkan aktivitas Ramadan di berbagai komunitas, juga dapat meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa. Lebih krusial lagi adalah mengaitkan materi puasa dengan pengalaman sehari-hari siswa, mendorong mereka untuk merefleksikan bagaimana mereka belajar menahan diri saat bermain atau berbagi bekal dengan teman.

3. Pengalaman Praktis Antara Teori Versus Realita

Pengalaman saya sebagai pendidik menunjukkan adanya disparitas antara penyampaian materi puasa secara konvensional dengan respons siswa. Ketika materi hanya disampaikan melalui metode ceramah satu arah dan penugasan hafalan, siswa cenderung menunjukkan sikap pasif dan kurang termotivasi untuk menggali lebih dalam makna puasa.

Mereka mungkin mampu menghafal ketentuan formal puasa, namun pemahaman esensial tentang hikmah dan nilai-nilai di baliknya seringkali dangkal. Situasi berubah signifikan ketika saya mencoba menerapkan metode bercerita tentang tokoh-tokoh inspiratif dalam sejarah Islam yang dikenal dengan ketaatan mereka dalam berpuasa, atau ketika saya memfasilitasi diskusi interaktif di mana siswa diajak untuk berbagi perasaan dan pengalaman mereka saat menahan lapar dan dahaga.

Respons siswa menjadi jauh lebih antusias. Mereka lebih aktif bertanya, berbagi pengalaman pribadi, dan menunjukkan ketertarikan yang lebih besar terhadap materi. Penggunaan media visual yang menampilkan keragaman tradisi Ramadan di berbagai belahan dunia juga membuka wawasan mereka tentang dimensi universal ibadah ini.Pengalaman ini menggarisbawahi pentingnya mengembangkan materi pembelajaran yang tidak hanya kaya informasi tetapi juga mampu menginspirasi, relevan dengan konteks kehidupan siswa, dan mendorong keterlibatan aktif.

4. Tantangan dan Hikmah Pembelajaran Puasa

A.  Tantangan utama dalam menyampaikan materi puasa kepada siswa kelas VI SD

1)      Mempertahankan fokus dan minat mereka, terutama ketika mereka sedang menjalankan ibadah puasa.

2)      Rasa lelah atau kurang bersemangat dapat menjadi penghalang dalam proses belajar.

3)      Meluruskan pemahaman yang keliru atau mitos yang mungkin berkembang di lingkungan sekitar siswa terkait ibadah puasa.

B.  Hikmah Pembelajaran Puasa

Pelajaran berharga tentang puasa adalah pentingnya kesabaran dan kreativitas seorang guru. Penggunaan beragam metode dan media pembelajaran yang menarik, penyajian contoh-contoh konkret yang mudah dipahami, serta pengaitan materi dengan pengalaman sehari-hari siswa menjadi kunci untuk mengatasi tantangan tersebut. Memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswa yang berpuasa juga terbukti efektif dalam menjaga semangat belajar mereka. Saya juga menyadari bahwa pemahaman yang mendalam tentang hikmah puasa akan lebih tertanam kuat jika siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, bukan hanya berperan sebagai pendengar pasif.

5. Rencana Aksi Inovatif Implementasi Materi Puasa

Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran materi puasa di kelas VI SD, saya merencanakan serangkaian aksi inovatif.

·       Pertama, saya akan mengembangkan media pembelajaran visual yang menarik dan interaktif, seperti infografis yang mudah dipahami tentang rukun dan syarat puasa, serta video pendek yang menampilkan kisah-kisah inspiratif seputar bulan Ramadan dari berbagai perspektif.

·       Kedua, saya akan merancang kegiatan pembelajaran yang mendorong partisipasi aktif siswa, seperti diskusi kelompok terarah tentang hikmah puasa dalam kehidupan sehari-hari, simulasi berbagi makanan dan minuman (takjil) untuk menumbuhkan rasa empati, atau pembuatan peta konsep visual yang merangkum hal-hal yang membatalkan puasa dengan cara yang menarik.

·       Ketiga, saya akan mengintegrasikan materi puasa dengan nilai-nilai luhur Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil 'Alamin, seperti penanaman rasa empati, pentingnya berbagi dengan sesama, dan meneladani kesederhanaan dalam beribadah.

·       Keempat, saya akan memanfaatkan asesmen formatif secara berkala untuk memantau pemahaman siswa, misalnya melalui pertanyaan lisan interaktif, kuis singkat yang menarik, atau lembar kerja sederhana yang menguji pemahaman konsep dan aplikasi nilai.

·       Terakhir, saya akan menjalin kolaborasi yang erat dengan orang tua siswa untuk memberikan dukungan dan penguatan di rumah terkait praktik ibadah puasa yang dilakukan oleh anak-anak mereka, menciptakan sinergi positif antara lingkungan sekolah dan rumah.

 

Bantarkawung, 25 September 2025

Suparman, S.Pd

TUGAS MANDIRI MODUL 3 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN.

 

TUGAS MANDIRI MODUL 3

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN (PPP)

 

 

 



 


 

 

 

Disusun Oleh:

 

Nama            : Suparman, S.Pd

NIM              : 2071250737

Nomor Akun  : 332967001553

Mapel PPG : PAI

 

 

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TRANSFORMASI + BATCH II TAHUN 2025

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN


Tugas Mandiri Modul PPP (Pengembangan Perangkat Pembelajaran)

Topik 1-8 PPG PAI Kemenag 2025

1.   Peta konsep atau gagasan apa saja yang Anda temukan dari Topik 1 s.d. Topik 8. Sebutkan kurang lebih 5 gagasan dan mohon dijelaskan dalam satu dua alinea.

A.   Topik 1: Analisis Capaian Pembelajaran Pengembangan Tujuan Pembelajaran

Gagasan dalam topik ini meliputi pemetaan CP PAI berdasarkan fase dan kelas untuk mengidentifikasi keterkaitan antar konten dan kompetensi; analisis kedalaman dan keluasan CP PAI untuk memastikan tujuan pembelajaran yang realistis dan menantang; perumusan tujuan pembelajaran yang operasional, konkret, dan terukur (SMART) dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal; penyusunan alur tujuan pembelajaran (ATP) yang sistematis dan progresif, mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan konteks madrasah; serta pengembangan indikator keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang relevan dengan asesmen yang akan digunakan.

B.    Topik 2: Pengembangan Materi Pembelajaran

Pengembangan materi pembelajaran PAI dapat mencakup penyusunan materi yang kontekstual dan relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, menghubungkan ajaran Islam dengan isu-isu kontemporer; integrasi sumber belajar yang beragam, seperti Al-Qur'an, Hadis, kitab-kitab klasik, media interaktif, dan sumber digital terpercaya; penyajian materi yang menarik dan interaktif, mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, berdiskusi, dan mengemukakan pendapat; pengembangan materi yang mengakomodasi keberagaman peserta didik dengan menyediakan diferensiasi dalam konten, proses, dan produk; serta penguatan materi tentang toleransi, moderasi beragama, dan pencegahan radikalisme sesuai dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil 'alamin.

C.   Topik 3: Pengembangan Pendekatan, Metode dan Strategi Pembelajaran

Dalam pengembangan pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran PAI, dapat dipertimbangkan pendekatan saintifik dengan penekanan pada observasi, pertanyaan, eksperimen, asosiasi, dan komunikasi dalam memahami ajaran Islam; penerapan metode pembelajaran aktif seperti diskusi kelompok, studi kasus, role-playing, debat, dan proyek untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik; penggunaan strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning) yang memfasilitasi pembelajaran mandiri dan kolaboratif; pengintegrasian strategi pembelajaran yang mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi dalam konteks nilai-nilai Islam; serta pemanfaatan strategi pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) atau proyek (project-based learning) untuk mengaplikasikan pemahaman agama dalam menyelesaikan masalah nyata.

D.   Topik 4: Pengembangan Alat Peraga, Media dan Teknologi Pembelajaran

Pengembangan alat peraga, media, dan teknologi pembelajaran PAI dapat meliputi pemanfaatan alat peraga visual seperti infografis, peta konsep, dan gambar untuk mempermudah pemahaman konsep-konsep agama; penggunaan media audio-visual seperti video pembelajaran, film dokumenter Islami, dan rekaman murottal Al-Qur'an untuk memperkaya pengalaman belajar; integrasi teknologi digital seperti aplikasi kuis interaktif, platform pembelajaran daring, dan sumber belajar online terpercaya untuk meningkatkan aksesibilitas dan daya tarik pembelajaran; pengembangan media pembelajaran interaktif yang memungkinkan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar; serta pemanfaatan media sosial secara bijak sebagai sarana untuk berbagi informasi positif tentang Islam dan membangun komunitas belajar.

E.    Topik 5: Pengembangan Asesmen Pembelajaran

Pengembangan asesmen pembelajaran PAI perlu mencakup penggunaan berbagai teknik asesmen yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi yang diajarkan, seperti tes tertulis, observasi, penugasan, presentasi, dan portofolio; pengembangan instrumen asesmen yang valid, reliabel, dan adil, mengukur pemahaman kognitif, keterampilan psikomotorik (misalnya dalam praktik ibadah), dan sikap spiritual serta sosial; penerapan asesmen formatif untuk memantau kemajuan belajar peserta didik dan memberikan umpan balik yang konstruktif; penggunaan asesmen sumatif untuk mengukur pencapaian hasil belajar pada akhir suatu unit atau semester; serta pelibatan peserta didik dalam proses asesmen melalui refleksi diri dan penilaian teman sejawat (peer assessment) untuk meningkatkan kesadaran akan proses belajar mereka.

F.    Topik 6: Pengembangan Evaluasi Pembelajaran

Pengembangan evaluasi pembelajaran PAI dapat dilakukan melalui pengumpulan dan analisis data hasil asesmen untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pembelajaran; refleksi diri guru terhadap praktik pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan; pelaksanaan evaluasi program pembelajaran secara berkala dengan melibatkan berbagai pihak seperti peserta didik, guru, kepala madrasah, dan orang tua; pemanfaatan hasil evaluasi untuk merancang tindak lanjut dan perbaikan pembelajaran yang berkelanjutan; serta pengembangan instrumen evaluasi yang komprehensif dan sistematis untuk mengukur efektivitas pembelajaran secara holistik, termasuk aspek perencanaan, pelaksanaan, dan hasil belajar.

G.   Topik 7: Pengembangan Modul Ajar

Pengembangan Modul Ajar PAI dapat mencakup penyusunan modul yang lengkap dan sistematis, memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang interaktif, lembar kerja peserta didik, dan instrumen asesmen; penyajian materi dalam modul yang menarik, kontekstual, dan mudah dipahami oleh peserta didik; pengintegrasian berbagai metode dan strategi pembelajaran yang variatif dalam setiap kegiatan di modul; penyediaan rubrik penilaian yang jelas untuk setiap tugas atau aktivitas dalam modul; serta fleksibilitas modul yang memungkinkan adaptasi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan konteks madrasah, termasuk potensi untuk integrasi dengan sumber belajar lain.

H.   Topik 8: Pengembangan Modul Project P5/PPRA

Pengembangan Modul Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Profil Pelajar Rahmatan Lil 'Alamin (PPRA) dalam konteks PAI dapat meliputi perancangan proyek yang relevan dengan tema-tema P5 dan nilai-nilai PPRA, seperti toleransi, gotong royong, moderasi beragama, dan kepedulian sosial; penyusunan panduan proyek yang jelas, memuat tujuan proyek, langkah-langkah kegiatan, peran guru dan peserta didik, serta kriteria penilaian; integrasi materi PAI secara kontekstual dalam setiap tahapan proyek, menghubungkan ajaran Islam dengan implementasi nilai-nilai Pancasila dan PPRA; penggunaan metode pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) yang mendorong peserta didik untuk berkolaborasi, berpikir kritis, dan menyelesaikan masalah secara kreatif; serta pengembangan instrumen asesmen proyek yang holistik, menilai proses kolaborasi, pemahaman konsep, dan hasil karya peserta didik dalam menginternalisasi nilai-nilai P5 dan PPRA.

2.   Materi/konsep apa saja dalam topik tersebut yang menurut anda menimbulkan miskonsepsi/salah mengerti dari Topik 1 s.d. Topik 8.

A.   Topik 1: Analisis Capaian Pembelajaran, Pengembangan Tujuan Pembelajaran

Salah satu miskonsepsi yang umum adalah pemahaman yang dangkal terhadap kedalaman dan keluasan Capaian Pembelajaran (CP). Guru terkadang hanya melihat CP sebagai daftar materi yang harus diajarkan, tanpa memahami secara utuh kompetensi yang diharapkan tercapai pada setiap fase. Akibatnya, tujuan pembelajaran yang dirumuskan bisa jadi terlalu fokus pada transfer pengetahuan faktual dan kurang memperhatikan pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau internalisasi nilai. Miskonsepsi lain adalah menganggap tujuan pembelajaran sebagai tujuan materi, padahal seharusnya tujuan pembelajaran berorientasi pada perubahan perilaku atau kemampuan peserta didik setelah proses pembelajaran.

B.    Topik 2: Pengembangan Materi Pembelajaran

Dalam pengembangan materi, penyederhanaan materi yang berlebihan seringkali menimbulkan miskonsepsi. Misalnya, dalam materi tentang takdir, penyederhanaan yang tidak tepat dapat memunculkan pemahaman fatalistik yang keliru, menghilangkan aspek ikhtiar dan tanggung jawab manusia. Selain itu, kurangnya integrasi konteks kekinian dalam materi PAI dapat membuat peserta didik menganggap ajaran Islam sebagai sesuatu yang kaku dan tidak relevan dengan kehidupan mereka. Miskonsepsi juga bisa muncul akibat penyajian materi yang hanya berfokus pada satu perspektif atau mazhab tanpa mengenalkan keragaman pemahaman dalam Islam.

C.   Topik 3: Pengembangan Pendekatan, Metode dan Strategi Pembelajaran

Seringkali terjadi miskonsepsi dalam memahami perbedaan mendasar antara pendekatan, metode, dan strategi. Pendekatan yang seharusnya menjadi payung filosofis seringkali tertukar dengan metode yang merupakan langkah-langkah konkret pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, anggapan bahwa satu metode pembelajaran lebih unggul dari yang lain juga merupakan miskonsepsi. Padahal, efektivitas metode sangat bergantung pada tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, dan materi yang diajarkan. Kurangnya pemahaman tentang implementasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik juga dapat menyebabkan miskonsepsi, di mana guru masih mendominasi proses pembelajaran meskipun menggunakan istilah-istilah modern.

D.   Topik 4: Pengembangan Alat Peraga, Media dan Teknologi Pembelajaran

Miskonsepsi dalam topik ini sering berkisar pada anggapan bahwa penggunaan teknologi secara otomatis meningkatkan kualitas pembelajaran. Padahal, efektivitas media sangat bergantung pada kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran dan bagaimana media tersebut diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang prinsip-prinsip desain media pembelajaran yang efektif dapat menyebabkan penggunaan media yang justru membingungkan atau tidak menarik bagi peserta didik. Ketergantungan yang berlebihan pada satu jenis media juga dapat menjadi miskonsepsi, padahal variasi media dapat mengakomodasi gaya belajar yang berbeda.

E.    Topik 5: Pengembangan Asesmen Pembelajaran

Salah satu miskonsepsi terbesar dalam asesmen adalah hanya berfokus pada asesmen sumatif berupa tes tertulis dan mengabaikan asesmen formatif yang lebih kaya informasi tentang proses belajar peserta didik. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang bagaimana merancang instrumen asesmen yang valid dan reliabel dapat menghasilkan data yang tidak akurat tentang pencapaian belajar. Miskonsepsi lain adalah menganggap hasil asesmen hanya sebagai angka atau nilai akhir tanpa memanfaatkannya untuk memberikan umpan balik yang konstruktif dan merancang perbaikan pembelajaran. Ketidakpahaman tentang perbedaan antara penilaian sikap dan penilaian pengetahuan/keterampilan dalam konteks nilai-nilai Islam juga sering terjadi.

F.    Topik 6: Pengembangan Evaluasi Pembelajaran

Miskonsepsi dalam evaluasi pembelajaran seringkali muncul akibat kurangnya pemahaman tentang perbedaan antara asesmen dan evaluasi. Evaluasi bersifat lebih luas dan melibatkan pengumpulan data dari berbagai sumber untuk menilai efektivitas seluruh proses pembelajaran, bukan hanya hasil belajar peserta didik. Selain itu, anggapan bahwa evaluasi hanya dilakukan di akhir program juga merupakan miskonsepsi. Evaluasi seharusnya menjadi proses berkelanjutan yang dilakukan secara periodik untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Kurangnya pemahaman tentang bagaimana menganalisis dan menginterpretasikan data evaluasi juga dapat menghambat upaya perbaikan pembelajaran yang efektif.

G.   Topik 7: Pengembangan Modul Ajar

Miskonsepsi dalam pengembangan Modul Ajar seringkali terkait dengan anggapan bahwa modul hanyalah kumpulan materi tertulis. Padahal, modul ajar yang efektif seharusnya bersifat interaktif, memuat langkah-langkah pembelajaran yang jelas, aktivitas yang menarik, dan instrumen asesmen yang terintegrasi. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang prinsip-prinsip pembelajaran mandiri dapat menyebabkan modul yang dikembangkan kurang memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara aktif dan bertanggung jawab. Ketidaksesuaian antara tujuan pembelajaran, materi, aktivitas, dan asesmen dalam modul juga merupakan miskonsepsi yang sering terjadi.

H.   Topik 8: Pengembangan Modul Project P5/PPRA

Dalam pengembangan Modul Project P5/PPRA, miskonsepsi sering muncul terkait pemahaman yang dangkal tentang keterkaitan antara tema P5/nilai PPRA dengan materi PAI. Proyek terkadang dirancang secara terpisah tanpa integrasi yang bermakna dengan konsep-konsep agama. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang bagaimana memfasilitasi pembelajaran berbasis proyek (PjBL) dapat menyebabkan proyek menjadi sekadar aktivitas tanpa tujuan pembelajaran yang jelas. Miskonsepsi tentang asesmen proyek yang hanya berfokus pada produk akhir juga sering terjadi, padahal proses kolaborasi, pemahaman konsep, dan internalisasi nilai juga penting untuk dinilai.

 

 

Bantarkawung, 25 September 2025
Suparman, S.Pd

WARGA PATUNGAN UNTUK MEMBANGUN JALAN YANG TAK KUNJUNG DI PERBAIKI.

 Swadaya Masyarakat Bangun Jalan Desa Cinanas, Pemerintah Dinanti Tak Kunjung Turun Tangan Brebes – Warga Dukuh Karang Sengon, Desa Cinanas,...