Selasa, 07 Juni 2022

Modul 3.2.a9. Koneksi Antar Materi

Koneksi Antar Materi modul 3.2 

Suparman, S.Pd CGP Angkatan 4 Kabupaten Brebes

    Pada sub modul 3 ini saya belajar tentang bagaimana mejadi sosok Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya. Dan agar dapat menjadi sosok yang ideal, setidaknya saya harus memahami secara utuh tentang pelajaran yang saya dapat dari awal perjalaan saya sebagai Calon Guru penggerak. Di modul 1 saya belajar tentang 4 hal, yang diawali dengan pemahaman tentang isi modul 1.1 Filosopi Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, bagaimana pemikiran beliau tentang cara mendidik yang “Bener lan Pener” yang saya pahami sebagai Benar dan Tepat. Dimana menurut beliau, setiap anak manusia memiliki kodrat alam dan dan kodrat Zaman yang berbeda baik secara individu, secara kelompok, dan juga periode pertumbuhan dan perkembangan jati diri mereka. Disini pada hakikatnya karena perbedaan dalam diri setiap anak manusia itulah yang seyogyanya memicu “ Conscientizacao” atau konsep kesadaran diri pada sosok Guru untuk dapat memahami dan membedakan potensi beragam dalam diri murid-muridnya, sehingga perlu adanya “Diversifikasi menu “ agar setiap murid dapat tercakup kebutuhannya, merasa di perhatikan tanpa terkecuali, sehingga tumbuh dan berkembang segala potensi diri mereka secara optimal dan terarah. Maka tugas guru lah untuk menyiangi gulma dan rumput ilalang yang tumbuh di sekitar mereka, agar apapun jati diri mereka, murid-murid tersebut, dapat tumbuh dengan subur dan kelak akan menghasilkan panen berupa kualitas terbaik yang bisa mereka berikan pada Bangsa ini, Tanah Air Indonesia tercinta. Untuk itulah di bagian kedua dari modul satu,yakni modul 1.2, kami belajar tentang Nilai dan Peran guru Penggerak. Di bagian ini kami belajar tentang Nilai Guru Penggerak yang terdiri dari 5 poin penting yaitu : 

  • Mandiri (mendorong diri sendiri), adalah bagaimana seorang Guru Penggerak mampu memotivasi diri sendiri, menjaga komitmen diri dan pantang menyerah dalam menghadapi permasalahan yang menjadi kendala dalam menjalankan langkah mewujudkan pelajar pancasila pada diri murid-muridnya. 
  • Reflektif (merefleksikan dan memaknai pengalaman diri sendiri atau pihak lain disekelilingnya), yaitu senantiasa tidak berpuas diri atas pencapaian yang telah di raih, melakukan upaya perenungan prima filosopi, berpikir positif dan progresif.
  • Kolaboratif (mampu membangun hubungan ke semua pihak), dimana seorang Guru Penggerak adalah insan yang selalu menjaga hubungan baik dengan semua pihak di lingkungan nya, tanpa kecuali, memiliki kecerdasan inter pribadi sekaligus kecerdasan antar pribadi yang baik, memiliki afeksi, simpati dan empati sekaligus. 
  • Inovatif (Memunculkan gagasan baru dan tepat guna), yaitu tidak menyerah dalam keterbatasan, melakukan terobosan-terobosan yang bermanfaat bagi kemajuan anak didiknya dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya. 
  • Berpihak pada murid (Kegiatan yang mengutamakan kepentingan murid), adalah berusaha menyederhanakan sesuatu agar dapat di pahami dengan baik oleh anak didiknya, menciptakan antusiasme dan rasa ingin tahu, serta memberi kesempatan memunculkan potensi diri yang dimiliki oleh masing-masing individu. 
Tak cukup disitu, kami juga belajar tentang Peran Guru Penggerak, yaitu 

  1. Menjadi pemimpin pembelajaran, dengan cara membangun lingkungan belajar yang berpusat pada murid,melakukan perencanaan dan pelaksanaan proses belajar yang berpihk pada murid,senantiasa melakukan refleksi diri dan upaya inovasi yang terukur, serta melibatkan wali murid. 
  2. Menggerakan komunitas praktisi, melalui berbagai praktik pengembangan diri secara sadar,ikhlas dan jujur untuk meningkatkan kompetensi warga sekolah dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas anak didik 
  3. Menjadi coach bagi guru lain, dengan berbagi pengetahuan yang relevan sesuai bidang masingmasing,membantu mencari solusi atas permasalahan yang ada, dan mendorong guru lain melakukan upaya pengembangan diri 
  4. Mendorong kolaborasi antar guru, saling bekerja sama dan tukar pengalaman berbagai praktik baik, memperkaya literasi, dan melakukan berbagai upaya guna meningkatkan kematangan emosi, moril dan spiritual dengan berperilaku yang santun dan sopan sesuai kode etik guru. 
  5. Mewujudkan kepemimpinan murid, dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada murid untuk melakukan eksplorasi, memunculkan potensi diri dan keberanian, membiasakannya, dan memberikan kepercayaan pada murid untuk menunjukkan kualitas dirinya. 
Selanjutnya masuk di bagian ketiga dari modul satu adalah 1.3 Visi Guru Penggerak, dimana kami diminta untuk menciptakan sebuah Visi sederhana tentang kelas kami, yang berisi tentang impian kami sekaligus bukti pondasi awal kami sebagai Calon Guru Penggerak yang haus akan Perubahan, Enggan berada di Zona Nyaman, dan memiliki kepedulian akan masa depan Pendidikan sesuai bidang kami masing-masing. Adapun visi tersebut benar-benar saya lengkapi dengan Misi berikut Program-Program yang relevan dan mendukung pencapaian Visi. Dalam hal ini saya menjalankan program Sekolah Sehat pada murid-murid saya, diantaranya 
  • PHBS ( Pola Hidup Bersih dan Sehat )
  • SGPM ( Sikat Gigi Pagi dan Malam )
  • CTPS ( Cuci Tangan Pakai Sabun )
Termasuk mengelola sampah dangan cara membakar sampah plastic dan juga sampah organic, dan memanfaatkan sampah dari bungkus kopi untuk di jadikan semacam tas kecil dan menjadikannya sebagai bagian dari Produk Asli yang di ciptakan dan di kelola oleh murid-murid sendiri. Tentunya hal tersebut selaras dengan bagian ke empat dari modul satu, yaitu 1.4 Budaya Positif. Berikutnya saya belajar pada modul kedua, yang terdiri dari tiga (3) bagian, yaitu 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Pada dasarnya hal ini sudah lama saya lakukan. Mengingat tugas saya yang kebetulan di tempatkan di daerah yang cenderung minus, membuat saya sadar bahwa pendidikan tidak bisa di sama ratakan. Setiap anak memiliki perbedaan mendasar, baik dari segi kapasitas, kemampuan, bakat dan minat, ataupun perilaku,yang semua itu dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan juga Masyarakat sekitar. Berdasarkan pertimbangan itulah maka dibutuhkan pembelajaran berdiferensiasi yang pada pelaksanaannya mampu mengakomodir semua yang dibutuhkan murid, baik secara konten,produk maupun proses pembelajaran yang diberikan pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi akan lebih efektif jika diberikan dalam bentuk peer teaching,sehingga lebih memaksimalkan potensi diri murid dengan metode tutor teman sebaya, dan juga penerapan scaffolding untuk menuju tahap kemandirian murid. 
    Setelah memahami pembelajaran Berdiferensiasi maka saatnya belajar tentang Pembelajaran Sosial Emosional yang akan melahirkan kemampuan adaptasi secara kognitif maupun sosial. Kompetensi-kompetensi sosial seperti self-awareness, self-management, social awareness, responsible decision making, dan relationship management yang menjadi pokus pengembangan dalam proses pembelajaran juga berimplikasi pada tertanamnya karakter-karakter unggul dalam konteks sosial maupun konteks lainnya. Dengan metode bermain, modeling, story telling, drama dan lainnya dapat dugunakan untuk mengembangkan aspek sosial emosional anak. Yang pada akhirnya akan tumbuh rasa percaya diri, penghargaan pada diri sendiri dan orang lain, berempati pada orang lain dan mampu mengkomunikasikan perasaannya secara tepat. Dan berimplikasi pada tertanam dan terbentuknya karakter-karakter unggul seperti mengenal diri, jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, berkepribadian menarik, mengikuti perubahan, mengambil risiko, mengendalikan diri, bersemangat, kerjasama, adil dan lain sebagainya. 
    Berikutnya di penutup modul dua adalah 2.3 Coaching, dimana Guru berperan sebagai Coach yang menggali potensi diri murid sebagai Coachee melalui ketrampilan sang Guru dalam memparafrase keluhan ataupun petunjuk dari murid. Jika dapat dilakukan dengan baik, maka tehnik Coaching akan sangat membantu murid yang memilikimkesulitan belajar ataupun dalam situasi yang positif, misalnya untuk meningkatkan prestasi belajar semakin baik dari waktu ke waktu. Dan hal yang perlu digaris bawahi adalah tehnik Coaching ini juga sangat baik dan efektif diberikan pada rekan sejawat atau siapapun yang membutuhkan. Langkah selanjutnya adalah mempelajari modul Tiga yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pertama adalah :
  • 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran Di bagian ini saya belajar tentang 4 Paradigma Dilema Etika, yaitu : 
  1. Individual VS Community 
  2. Justice VS Mercy 
  3. Truth VS Loyalty 
  4. Short Term 
  5. VS Long Term 
 Lalu memahami tentang Prinsip Pengambilan Keputusan yaitu: 
  • Ends Based Thinking 
  • Ruled Based Thinking 
  • Cared Based Thinking 
Dan juga mengenali secara detail tentang 9 langkah pengujian dalam mengambil keputusan : 
  • Mengenali nilai-nilai yang bertentangan 
  • Menentukan siapa yang terlibat 
  • Mengumpulkan bukti-bukti yang relevan 
  • Menentukan pilihan Benar vs Salah, dengan melakukan : 
    1. uji legalitas.
    2. Uji regulasi.
    3. Uji intuisi.
    4. Uji publikasi/ halaman depan Koran.
    5. Uji Panutan/ tokoh idola
  • Menentukan pilihan Benar VS Benar.
  • Melakukan prinsip Resolusi.
  • Melakukan investigasi adanya Opsi ketiga ( Opsi Trilema ).
  • Membuat Keputusan.
  • Melihat kembali Keputusan dan melakukan Refleksi yang Relevan di masa yang akan datang Pemahaman akan isi bagian ini sangat penting dan merupakan salah satu prasyarat utama sebagai seorang Guru dan pribadi Dewasa yang seringkali dihadapkan pada situasi sulit namun memaksa diri untuk membuat keputusan tanpa memandang kapan, dimana, dan bagaimana. 
    Sekarang saatnya saya melangkah ke bagian dari modul 3.2, yaitu Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya. Disini kami diminta untuk dapat mengenali segala Sumber Daya yang ada di sekeliling kami yang dapat kami jadikan Aset dan kami berdayakan. Saya menyadari betapa banyak perubahan yang terjadi dalam diri saya setelah sedikit memahami apa yang dimaksud dengan Aset yang ada di sekitar saya, dan bagaimana memaksimalkan 7 Aset yang tersebut dalam modul lalu bagaimana menjabarkannya secara rinci dan berusaha memaksimalkan semua itu untuk kemajuan sekolah saya, SDN Cinanas 03. Dan secara ringkas saya buat pemetaan sederhana akan Aset yang ada di lingkungan kerja saya,SDN Cinanas 03 dalam bentuk pemetaan berikut ini :

Sebagai guru Mapel PAI SD Saya pertama kali mengajar pada Tahun 2014,  saya  berusaha memahami lingkungan sekitar tempat kerja saya ini, bahkan sebelum hari pertama bekerja saya mencari informasi tentang SDN Cinanas 03 saat itu juga. Bagi saya sangat penting untuk memahami “medan perang” sebelum berlaga. Setidaknya dalam pemahaman saya yang serba terbatas ini, pengetahuan adalah separuh kemenangan. Terkait dengan apa yang saya pelajari dan saya pahami, pemetaan yang saya lakukan sangat menunjang pekerjaan saya sebagai guru Mapel PAI SD sehingga mampu menunjukkan prestasi, atau setidaknya perubahan positif bagi murid-murid saya di SDN Cinanas 3 ini, dan semoga pemahaman dan naluri saya tentang apa yang menjadi asset di sekolah kami tercinta ini membuahkan hasil positif dan mendalam yang berimbas pada lingkungan sekitar dimanapun saya berada.

Terima Kasih

 Salam dan Bahagia….

Foto Dokumentasi.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENCANA TINDAK LANJUT PI 3 PGP A9 KAB. BREBES

  R T L RENCANA TINDAK LANJUT PENDAMPINGAN INDIVIDU 3 PGP ANGKATAN 9 KABUPATEN BEBES           PENGAJAR PRAKTIK SUPARM...