Senin, 25 April 2022

BUDAYA POSITIF SHOLAT DHUHA DAN PEMBACAAN ASMAUL HUSNA

 

Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi beserta spesialisasinya mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu kewaktu. Hal ini mau tidak mau membuat dunia pendidikan harus melakukan berbagai penyesuaian agar dapat tidak sekedar mengikuti perkembangan zaman namun juga mampu menciptakan generasi masa depan yang berkualitas, bertanggung jawab, cerdas dan sanggup menciptakan peradaban baru yang lebih berkualitas dari saat ini. Berkenaan dengan hal ini peran sekolah dan juga guru sebagai pendidik sangatlah penting untuk meminimalisir perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini, dengan pengelolaan perubahan yang positif. Sekolah sebagai institusi perubahan karakter di tunjang dengan nilai dan peran guru sebagai pendidik untuk membangun budaya positif.

Sekolah adalah sebuah Institusi Moral yang menanamkan berbagai hal positif yang dikenalkan dan di biasakan untuk di terapkan dalam kehidupan keseharian mereka sehingga akan membentuk karakter diri yang baik dan positif, dan secara bertahap akan memberikan perubahan positif di lingkungan manapun mereka berada.

Sekolah merupakan salah satu Pusat Pendidikan selain Pendidikan yang ada di kalangan keluarga dan masyarakat. Di sekolah, orang tua sangat berharap anak-anaknya mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang bisa menumbuh kembangkan budi pekerti anak karena di sekolahlah bisa menciptakan budaya positif yang bisa membangun karakter murid.  Sedangkan orang tua yang sibuk dengan pekerjaan atau kurang mampu mendidik dan memantau anak-anaknya biasanya memilih sekolah yang bisa dipercaya dalam menuntun, membimbing dan mengarahkan anak-anaknya untuk bisa memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) menjadi lebih pintar berkarakter baik dan berjiwa social yangt tinggi dan bermanfaat dimasa yang akan datang. Seperti yang dicanangkan dalam Filosofi KH. Dewantara yang menjelaskan tentang tujuan Pendidikan adalah untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1 pendidikan halaman 20).

Salah satunya budaya positif yang saya kembangkan di Sekolah saya adalah

 

1.    Sholat Dhuha Berjamaah

Dengan membiasakan sgolat dhuha berjamaah dalam setiap harinya nantiinya anak-anak akan terbiasa dengan hal-hal yang positif dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi kebiasaan atau budaya yang positif juga nanti Ketika mereka berada di kalangan masyarakan atau sudah dewasa. Sholat dhuha ini di laksanakan dengan bertujuan sesuai dengan Tujuan Profil Pelajar Pancasila yang Beiman dan bertakwa kepada Tuhan Yanag Maha Esa.

2.    Pembacaan Asmaul Husna

Setelah melaksanakan sholat Dhuha berjamaah di lanjutkan dengan pembacaan Asmaul Husna di kelas sebelum pembelajaran di mulai, diharapkan dengan hal ini anak-anak bisa mebiasakan disiplin waktu, mandiri, kolaboratif dan mengawalai pembelajaran dengan niat yang baik. Saya yakin Ketika suatau hla yang di awali dengan niat yang baik maka akan membawa kita ke masa yang cemerlang di masa yang akan datang.

Tidak ada hal yang instan yang bisa terjadi. Semua proses membutuhkan waktu, kesabaran, dan kejernihan dalam berpikir. Dan tentu akan ada murid yang melupakan tentang tujuan dilaksanakannya sholat dhuha berjamaah dan pembacaan as,aul husan sebelum pembelajaran. Jika hal ini terjadi saya memberikan waktu kepada kelas untuk berdiskusi dan berefleksi. Hal ini penting untuk memberi kesempatan memfokuskan kembali tujuan dari budaya positif tersebut.

Sebagai penyempurna program kegiatan tentu di perlukan adanya Rencana Tindak Lanjut mengingat sebuah program kegiatan tidak akan lepas dari faktor-faktor yang tidak berjalan sesuai harapan. Dan Rencana Tindak Lanjut berguna sebagai reflektor untuk menghasilkan parameter yang jelas dalam melakukan perbaikan secara bertahap dan berkesinambungan secara tepat dan efektif di kegiatan serupa agar semakin baik dan berjalan sempurna dari waktu ke waktu.

Dari Rencana Tindak Lanjut yang ada, maka dilanjutkan dengan rencana Perbaikan langkah-langkah program kegiatan yang dianggap masih dapat di sempurnakan, termasuk proses yang terjadi dalam setiap tahapan langkah-langkah tersebut. Dengan demikian akan tumbuh dan berkembang kepedulian dan kesadaran dari semua pihak, baik Guru ataupun Siswa dalam menciptakan,melaksanakan dan menjaga Budaya Positif di SDN Cinanas 03 yang diharapkan dapat menjadi “virus positif” bagi sekolah-sekolah lain dalam lingkungan Desa Cinanas pada khususnya, dan Kecamatan Bantarkawung pada umumnya.

Alhamdulillah… meski tidak mudah, Budaya Positif Sholat Dhuha Berjamaah dan Pembacaan Asmaul Husna berhasil di laksanakan dan melalui Budaya Positif ini semoga siswa saya perlahan tapi pasti menyadari berkarakter baik dan berakhlakul karimah itu harus di terapkan dimanapun dan kapanpun mereka berada karena salah-satu tujuan darimbudaya positif tersebut adalah terwujudnya insa yang bertakwa dan berakhlakul karimah. Semoga muncul konsewensi dalam diri untuk mentaati Budaya Positif ini dan menjadikan diri lebih baik dari sebelumnya meski membutuhkan waktu dan tahapan yang panjang. Harapannnya akan memiliki dampak yang positif pada semua pihak dengan penuh kesadaran, bahwa peran guru di dalam Sekolah bukan sebagai pengawas aturan yang menakutkan, tapi sebagai pengayom yang siap mengingatkan mereka untuk selalu konsisten mencapai tujuan untuk menjadi diri yang lebih baik di setiap waktu .

 

Suparman, S.Pd

SD Negeri Cinanas 03


Dokumentasi 

1. Sholat Dhuha.


2. Pembiasaan pembacaan asmaul husan



Minggu, 24 April 2022

Aksi Nyata Modul 3.1.a.10

Aksi nyata modul 3.1

Suparman, S.Pd CGP Angkatan 4 Kabupaten Brebes

SD Negeri Cinanas 03 Kec. Bantarkawung 

Pada modul 3.1 ini saya belajar tentang Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Dimana saya menjadi mengerti tentang apa yang dimaksud dengan Bujukan Moral dan Dilema Etika yang saya sederhanakan menjadi Benar vs Salah dan Benar vs Benar. Dalam perjalanannya, bujukan moral seringkali menggoda diri untuk terjebak melakukan, dan tidak jarang diri dihadapkan pada situasi yang serba sulit dan sama-sama benar. Untuk itu perlu dipahami tentang landasan utama dalam mengambil keputusan yang terdiri dari 9 langkah pengambilan keputusan, 3 prinsip dalam mengambil keputusan  dan 4 paradigma Dilema Etika yang sering terjadi dan membuat kita bingung dalam menghadapi masalah.

  Sebelum saya mengajak murid-murid untuk melaksanakan rencana saya mengenalkan materi hebat ini, saya sudah melakukan sosialisasi pada Kepala Sekolah,  rekan guru dan mengajak serta rekan guru menerapkan tentang materi ini pada diri mereka sendiri. Dan saya bersyukur mendapat dukungan yang positif serta partisipatif dari semua pihak. Sehingga apa yang saya rencanakan dapat berjalan dengan baik dan kondusif serta direstui pihak sekolah. Saya memberikan ruang dan kesempatan pada murid untuk berpendapat dan berekspresi, memberikan pengertian secara sederhana agar lebih mudah dipahami oleh semua pihak, dan berharap materi ini tidak berhenti sebatas verbal konsepsional semata, namun juga menjadi sebuah bekal berharga bagi semua pihak dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dan membantu setiap individu dalam menyelesaikan permasalahan yang di hadapi.

Saya melihat materi ini sangat menarik dan penting tidak hanya untuk saya pribadi, namun juga sangat bermanfaat bagi murid saya, terutama kelas 6 yang sudah lebih dewasa dalam usia, dan berguna bagi mereka dalam mengambil keputusan dalam keseharian mereka. Maka saya memutuskan untuk mengajak mereka belajar di luar ruangan, melakukan literasi alam sekitar sekolah kami, SDN Cinanas 03 dan secara bertahap mengenalkan pada mereka tentang  materi modul 3.1 ini dalam suasana yang hangat, akrab, dan santai.


Hasil yang saya amati setelah saya mengenalkan tentang materi ini, murid-murid lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Mereka cenderung untuk mempertimbangkan lebih dulu sebelum memutuskan. Dan yang saya lebih bahagia, karena rekan guru pun ternyata menunjukkan pola yang sama. Lebih bijak dalam bertindak, dan lebih sabar dalam menghadapi murid-muridnya. 

Pelajaran yang bisa saya ambil dalam menjalankan aksi nyata kali ini adalah pengembangan diri seorang pendidik adalah perlu dan harus. Agar dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai pendidik yang lebih baik dan semakin baik  dari waktu ke waktu. Alhamdulillah.. saya tidak keliru melangkah saat sebelumnya saya menetapkan hati mencoba mendaftar dan tertarik mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak ini.. Dan itulah yang dibutuhkan dunia pendidikan-setidaknya di Sekolah Dasar di tempat saya, SDN Cinanas 03, dalam mencetak generasi masa depan yang berjiwa Pancasila.


 

Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 Suparman, S.Pd CGP Angkatan 4 Kabupaten Brebes SDN Cinanas 03

 

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

    Ki Hajar Dewantara merupakan aktivis dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia. Kemudian kelahiran beliau diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau mencetus asas-asas pendidikan yang kita kenal sebagai patrap triloka. Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Bagian dari semboyan beliau yaitu Tut wuri handayani dijadikan sebagai slogan Kementerian Pendidikan Nasioanal Indonesia. Ketiga semboyan ciptaan beliau seolah-olah tak lekang oleh zaman artinya semboyan tersebut masih kontekstual dengan keadaan sekarang di tengah derasnya arus perkembangan informasi dan teknologi.

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.

Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

 

  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Kaitannya antara pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching sangat efektif, karena dengan mempelajari materi coaching kita dapat mempelajari cara berkomunikasi yang memberdayakan (asertif), teknik mindfullnes, dan coaching model TIRTA. Artinya, dengan kemampuan dalam menerapkan coaching untuk membantu memecahkan permasalahan yang dialami oleh murid atau komunitas praktisi di sekolah merupakan cara dalam pengambilan keputusan ketika dihadapkan pada dilema etika dan bujukan moral. Selain itu dalam pengambilan keputusan juga menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan bersama murid atau komunitas praktisi di sekolah.

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Secara sdasar pengambilan keputusan adalah nilai-nilai kebajikan yang tidak bertentangan dengan dilema etika atau bujukan moral. Dalam proses mengelola aspek sosial dan emosional dalam pengambilan keputusan maka diperlukan teknik mindfullnes atau kesadaran penuh, hadir sepenuhnya dalam masalah yang dialami dan mampu memahami tujuan pembelajaran sosial emosional. Ketika guru mampu menerapkan mindfullnes yang didalamnya juga terdapat nilai-nilai kebajikan, maka dalam pengambilan keputusan akan berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya.

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Sebagai seorang pendidik tentunya kita akan dihadapkan pada situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Penanganan masalah pada studi kasus yang telah di sediakan memberikan contoh dan praktik secara langsung merupakan masalah yang sering kita jumpai di sekolah baik yang dialami oleh murid maupun guru dalam proses berinteraksi di sekolah. Adanya teknik 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan memberikan rambu-rambu dalam penyelesaian dilema etika atau bujukan moral yang dihadapi.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Menurut saya dalam pengambilan keputusan memiliki arti yang penting bagi berkembangkan sebuah organisasi atau satuan pendidikan. Pada pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi atau lembaga ke arah yang lebih baik, berkembang dan mampu mewujudkan visi dan misi yang telah disusun. Namun jika dalam pengambilan keputusan terjadi kesalahan, maka akan berdampak buruk bagi organisasi atau lembaga tersebut, sehingga dalam melakukan pengambilan keputusan harus berpedoman pada paradigma, prinsip dan 9 langkah dalam proses pengujian dan pengambilan keputusan.

  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Perubahan tidak dapat dibangun secara singkat, namun ada proses yang harus dilalui dan dikerjakan agar terwujud. Perlu adanya sosialisasi dan komunikasi secara persuasif secara terus-menerus agar lingkungan yang masih menggunakan paradigma lama akan memiliki pemahaman baru dan mampu beradaptasi dengan adanya perubahan. Pengambilan keputusan atas adanya perubahan maka perlu dilakukan dari hal kecil agar menjadi kebiasaan dan budaya positif dalam lingkungan tersebut. Dengan berdasarkan pada visi dan misi serta tujuan sekolah, maka akan mencapai perubahan yang dapat diterima oleh lingkungan atau warga sekolah.

  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Hal yang demikian itu memiliki pengaruh, karena kita sebagai pemimpin pembelajaran tentunya sudah memahami pokok-pokok atas perubahan yang salah satunya pembelajaran berpihak pada murid, sehingga seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan pengambilan keputusan mampu memfasilitasi dan memerdekakan murid dalam proses pembelajaran di sekolah

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sebagai seorang guru yang selalu memberikan bantuan pembelajaran dan pelayanan coaching kepada murid akan selalu memperhatikan rencana jangka panjang yang akan dihadapi seorang murid ketika terjun ke masyarakat, sehingga guru harus menjadi motivator, coach dan pengaruh yang baik kepada murid agar mampu beradaptasi dan memiliki kemandirian dalam mengambil keputusan.

  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang dapat saya diambil dari modul ini, kaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah bahwa sebagai guru yang merupakan pemimpin pembelajaran bagi murid dan komunitas praktisi di lingkungan sekolah maka diharapkan mampu memiliki sikap among berdasarkan Pratap Triloka yang dapat membantu murid dalam tumbuh kembang dan menjadi modelling bagi lingkungannya. Selain itu, kemampuan guru dalam pengambilan keputusan didasari oleh kemampuannya dalam melaksanakan coaching, sehingga pengambilan keputusan yang diperoleh memberikan dampak positif bagi murid dan sekolah.





Kamis, 21 April 2022

Koneksi Antar Materi Kesimpiulan dan refleksi Pemikiran Kihajar Dewantara Modul 1.1 a9

 



Ditulis Oleh Suparman

CGP Angkatan 4 Kabupaten Brebes

SD Negeri Cinanas 03 Kecamatan Bantarkawung

 

Ditulis pada 30 Oktober 2021

Hari ini saya mendapat tugas di whatsapp grup CGP Angkatan 4 Kabupaten Brebes, dimana saya adalah salah satu peserta CGP yang sedang menimba ilmu di Program Pendidikan Guru Penggerak. Ada informasi dari Bapak Suwanto selaku Fasilitator kami. Beliau memberikan informasi tentang tugas baru di modul 1.1a.9 Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Otomatis ingatan saya kembali pada segala materi yang telah saya dapatkan dari awal hingga sekarang. Dari tugas dan materi di modul 1.1 tentang Ruang Kolaborasi,Refleksi Terbimbing,Demonstrasi Kontekstual dan Elaborasi Pemahaman, saya belajar mendiskusikan tentang Dasar- dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Slogan Pendidikan beliau, dan cita-cita beliau menciptakan Merdeka Belajar. Kami membahas tugas yang diberikan. Kelompok Kami memilih untuk mengangkat tema “Pendidikan yang berhamba pada anak” dengan tekad menyiapkan anak didik sesuai konteks sosial budaya di wilayah kami dengan harapan dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki anak dan menghadirkan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan sehingga karakteristik anak dapat terasah sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu anak didik. Ada begitu banyak pengetahuan baru bagi saya pribadi, dan Pemahaman baru yang menjungkir balikkan nyaris semua yang saya terapkan selama ini, yang ternyata bertolak belakang dengan apa yang menjadi Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan.

Sebelumnya saya hanya berpikir bahwa menjadi guru adalah berangkat ke Sekolah dan memberikan materi pada anak-anak. Anak mau paham, dan sampai dimana tingkat pemahaman mereka, terserah. Yang penting anak nurut, dalam arti melakukan tugas sesuai instruksi saya. Yang tidak sesuai, ya harus bisa menyesuaikan. Jika tidak, nilai yang saya berikan pun sedikit. Hanya sesuai standar KKM. Namun setelah saya mempelajari modul 1.1 bersama teman-teman CGP dari berbagai jenjang Pendidikan, dan dipandu secara jelas oleh Bapak Suwanto kami CGP Angkatan 4 Kabupaten Brebes, saya justru merasa malu diri namun bersyukur..

    Malu karena ternyata apa yang saya yakini dan terapkan selama ini di sekolah, adalah keliru. Bersyukur karena bagaimanapun juga akhirnya kekeliruan saya tidak berlarut-larut. Sejak Lokakarya 0, dan setelah membaca modul 1.1 hingga sekarang, setidaknya saya semakin memperbaiki diri. Saya mulai menerapkan pembelajaran yang berhamba pada anak. Saya memposisikan diri sebagai Orang Tua kedua bagi anak yang mengayomi mereka, menuntun mereka, mengasah bakat dan minat mereka, memberikan pelajaran tentang budi pekerti dalam setiap kesempatan, bahkan di luar jam pelajaran sekalipun. Saya merasa menjadi pribadi yang lebih sabar. Lebih sadar akan tugas dan kewajiban sebagai seorang pendidik. Saya lebih merasa malu jika berpangku tangan dan hanya melihat sesuatu yang tidak benar lalu saya biarkan. Saya betul-betul menjadi sosok yang berbeda. Saya sungguh berharap semua pihak menerapkan Pendidikan sesuai apa yang Ki Hajar Dewantara jabarkan melalui Taman Siswa. Saya memiliki impian agar kelak SDN Cinanas 03 di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes dapat menjadi Taman Belajar bagi siswa Di Sekolah kami yang mampu memberikan kesan mendalam yang tertanam kuat di hati masing- masing Alumni sebagai referensi nyata yang membuat mereka termotivasi menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, dan meneruskan apa yang kami tanamkan di SDN Cinanas 03 secara lebih luas lagi, di lingkungan manapun mereka berada kelak, di belahan manapun bumi ini.    

    Menjadi cerdas itu penting. Namun memiliki Budi Pekerti yang baik jauh lebih penting. Dan itulah yang paling awal saya terapkan di SDN Cinanas 03 ini. Saya berharap dapat berperan aktif dalam menciptakan karakter yang baik bagi anak didik saya, kapanpun dan dimanapun. Saya ingin apa yang saya lakukan di SDN Cinanas 03 dapat memberikan motivasi bagi rekan guru lain agar dapat bersinergi menciptakan generasi masa depan berkarakter baik, memiliki kepedulian yang tinggi pada sesama dan lingkungan, mampu memberikan kontribusi yang positif dan memiliki daya pikir dan nalar yang berkembang sesuai perkembangan zaman.

    Sekedar Refleksi diri, Pagi ini, dalam perjalanan ke SD Negeri Cinanas 03 yang berjarak sekitar  10 km dari rumah, dengan Honda Supra fit new tahun 2004 warna hitam yang saya miliki, saya mengajak sahabat mesin saya yang setia ini dan memaksa si hitam meraung melewati bukit terjal, menuruni lembah jalan tanah, menerobos Hutan pinus melewati Sungai Kuya-yang jika banjir memaksa diri mengambil jalan memutar sekitar 5 km lebih jauh. Dan pada satu titik, saya tak sengaja memperhatikan sebuah pemandangan alam sekitar yang sangat menarik.  Alhamdulillah….masih di berikan Kesehatan dan kesempatan untuk bisa mencerdaskan anak Bangsa. Setidaknya ini menjadi renungan diri saya. Bahwa menjadi guru itu kompleks. Ibarat Alam yang selalu memberikan fasilitas kepada semua mahluk hidup yang ada di lingkungan tersebut. Saya berjanji untuk semakin memperbaiki diri. Menjadikan sekolah adalah rumah kedua bagi anak didik. Membuat mereka nyaman dan merasa di perhatikan, mengantarkan mereka menjemput impian dengan memberikan bekal dasar Pendidikan, dan selalu ada di saat mereka butuh bimbingan. Semoga PPGP yang sedang saya ikuti ini mampu menjadikan saya seorang pembaharu di lingkungan saya, dan dimanapun saya berada. Terima kasih segala sifat untuk semua pihak yang terlibat dalam kawah candradimuka Calon Guru Penggerak ini. Terima kasih Bapak Suwanto, M.Pd yang mengajarkan dan menjabarkan apa yang ada di modul 1.1 ini dan menjadi Rujukan nyata bagi saya pribadi dalam transformasi diri.

 

Terima kasih

Salam dan Bahagia

Dari

Suparman CGP Angkatan 4 Kab Brebes

SD Negeri Cinanas 03

DEMONTRASI KONTEKSTUAL 3.1.a.7 Suparman CGP Angkatan 4 Kabupaten Brebes SD Negeri Cinanas 03.


Pada kesempatan ini saya mencoba untuk menjawab guiding questions yang ada pada modul 3.1.a7 Demonstrasi Kontekstual-Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran.

Baik langsung saja untuk pertanyaan yang pertama:

1.     Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?

Cara saya dslam mentransfer dan menerapkan pengetahuan saya tentang apa yang saya dapatkan di Program Guru Penggerak ini terutama pada modul 3.1 langkah awal saya mensosialisasikan kepada :

a.     Kepala Sekolah dengan menerangkan apa yang saya pelajari.

b.     Kemudian saya jelaskan pula terhadap rekan guru

c.     Murid tentunya yang selalu mendukung saya

d.     Keluarga kecil dirumah yang senantiasa mendukung saya dengan penuh kesemangatan.

2.     Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?

Langkah awal yang saya lakukan Ketika mengambil keputusan adalah :

a.     Dengan menilai apakah ada nilai-nilai yang bertentangan dengan hukum Agama, adat akatu social di lingkungan.

b.     Mengenali siapa saja yang terlibat

c.     Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

d.     Melakukan pengujian benar atau salah.

Untuk menentukan keputusan saya benar atau salah maka harus ada:

1)    Uji legalitas. Apakah dilemma ini menyangkut masalaha hukum.

2)    Uji regulasi. Apakah dilemma ini ada yang melanggar hukum atau kode etik.

3)    Uji halaman depan koran

4)    Uji panutan atau tokoh idola

e.     Pengujian paradigma benar lawan benar.

Ini adalah salah satu hal yang sangat dilematis menurut saya jika pengujian benar lawan benar ini saya akan mengambil dua syarat yang harus masuk dari 4 paradigma

f.      Melakukan prinsip resolusi dengan memakai salah satu dari 3 prinsip penyelesaian dilemma.

g.     Investigasi opsi trilemma.

Jika saya mengalami situasi yang sama-sama memberatkan pada keduabelah pihak  saya maka opsi yang terbaik justru ada di pihak ketiga, dari hal yang tidak terpikirkan dari sebelumnya namun bisa membuahkan hasil yang terbaik untuk menyelesaikan opsi trilemma ini.

h.     Setelah saya memantapkan dan mempertimbangkan maka saya memutuskan atau mengambil keputusan akhir jika saya sudah memutuskan keputusan akhir maka saya harus siap menerima konsekwensi yang ada.

i.      Melihat lagi keputusan yang sudah saya buat dan refleksikan, betul setelah saya mengambil keputusan tersebut Kembali saya melihat apakah keputusan ini benar atau sudah tepat.

3.     Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.

Semenjak saya mengenal dengan LMS terutama Ketika saya sudah memasuki modul 3.1 ini saya mecoba menerapkan terutama di lingkungan sekolah saya dengan Kepala Sekolah, rekan guru dan tentunya murid-murid saya dan juga saya terapkan di keluarga saya dirumah dengan istri dan anak-anak saya. Sampai kapan saya menerapkan Langkah-langkah ini terutama di sekolah saya, saya menerapkan sampai batas usia kedinasan saya. Sedangkan dirumah saya menerpkan hal ini sampai batas usia saya. Pengambilan keputuisan yang tertera di modul ini sangat bagus sekali untuk saya terapkan dimanapun saya berada bukan Cuma di sekolah, dirumah dan mudah-mudahan bisa saya terapkan di masa yang akan dating.

4.     Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.

Yang akan menjadi pendamping saya dalam menjalakan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran ini tentunya Bapak Kepala Sekolah saya, rekan guru dan murid-murid saya yang tentunya merekapun mempunyai hak untuk bisa melihat dan memberikan umpan balik terhadap saya apakah keoputusan say aini sudah bisa disesuaikan dengan nilai-nilai kebajikan. Dan tentnya Ketika saya berada di lingkungan rumah pendamping saya adalah istri saya yang selalu memberikan masukan dalam pengambilan keputusan ini.

 

Cinanas 22 Maret 2022

Suparman

CGP Angkatan 4 Kabupaten Brebes. 

RENCANA TINDAK LANJUT PI 3 PGP A9 KAB. BREBES

  R T L RENCANA TINDAK LANJUT PENDAMPINGAN INDIVIDU 3 PGP ANGKATAN 9 KABUPATEN BEBES           PENGAJAR PRAKTIK SUPARM...